Pada artikel tentang Nilai Residu dalam Aktiva Tetap, sudah dibahas bahwa menurut PSAK 16 (Revisi 2011), nilai residu aset adalah jumlah atas estimasi yang dapat diperoleh entitas saat ini dari pelepasan aset. Setelah itu estimasi biaya pelepasan akan mengurangi nilai residu aset tersebut, apabila aset tetap tersebut akan dijual atau dilepaskan. Dalam artikel ini akan dijelaskan tentang contoh kasus aktiva tetap yang memiliki nilai residu dan bagaimana pengaruh yang ditimbulkan atas nilai residu ini.
Pada dasarnya, nilai residu ini merupakan estimasi nilai yang sudah dihitung oleh perusahaan atas aset tetap yang dimiliki. Perusahaan tentunya memiliki pertimbangan tersendiri dalam penentuan nilai residu, seperti estimasi performa aktiva tetap tersebut, estimasi umur aktiva tetap, dan lain-lain. Tetapi hal yang perlu diingat bahwa tidak semua aktiva tetap memiliki nilai residu. Untuk itulah nilai residu hanya dapat ditemui dalam aktiva tetap berwujud saja, seperti mesin produksi, kendaraan, dan lain-lain
Contoh Kasus :
1. Aktiva Tetap Berwujud yang tidak memiliki Nilai Residu
PT ABC membeli mesin produksi benang seharga Rp 200.000.000 pada 1 Januari 2014 dengan asumsi umur ekonomisnya 10 tahun dan menggunakan metode penyusutan garis lurus. PT ABC memperkirakan mesin produksi benang tidak memiliki nilai residu dengan pertimbangan pemakaian mesin yang diperkirakan akan terus menerus. Berdasarkan keterangan diatas, berikut ini perhitungannya :
Setelah menghitung penyusutan per tahun yang berlaku, berikut ini tabel penyusutannya :
Tahun | Penyusutan | Akumulasi Penyusutan | Nilai Buku |
Harga Perolehan | Rp 200.000.000 | ||
2014 | Rp 20.000.000 | Rp 20.000.000 | Rp 180.000.000 |
2015 | Rp 20.000.000 | Rp 40.000.000 | Rp 160.000.000 |
2016 | Rp 20.000.000 | Rp 60.000.000 | Rp 140.000.000 |
2017 | Rp 20.000.000 | Rp 80.000.000 | Rp 120.000.000 |
2018 | Rp 20.000.000 | Rp 100.000.000 | Rp 100.000.000 |
2019 | Rp 20.000.000 | Rp 120.000.000 | Rp 80.000.000 |
2020 | Rp 20.000.000 | Rp 140.000.000 | Rp 60.000.000 |
2021 | Rp 20.000.000 | Rp 160.000.000 | Rp 40.000.000 |
2022 | Rp 20.000.000 | Rp 180.000.000 | Rp 20.000.000 |
2023 | Rp 20.000.000 | Rp 200.000.000 | Rp 0 |
Apabila melihat pada tabel diatas maka bahwa dapat disimpulkan bahwa mesin tidak memiliki nilai residu dan sudah habis disusutkan. Apabila mau dijual pada tahun ke -10, mesin tersebut sama sekali tidak memiliki nilai lagi.
2. Aktiva Tetap Berwujud yang memiliki Nilai Residu
PT ABC membeli kendaraan seharga Rp 100.000.000 pada 1 Januari 2015 dengan asumsi umur ekonomis 5 tahun dan menggunakan metode penyusutan garis lurus. PT ABC memperkirakan kendaraan memiliki nilai residu Rp 20.000.000 dengan pertimbangan pemakaian kendaraan hanya sebatas antar jemput tamu saja. Berdasarkan keterangan diatas, berikut ini perhitungannya :
Setelah menghitung penyusutan per tahun yang berlaku, berikut ini tabel penyusutannya :
Tahun | Penyusutan | Akumulasi Penyusutan | Nilai Buku |
Harga Perolehan | Rp 100.000.000 | ||
2015 | Rp 16.000.000 | Rp 16.000.000 | Rp 84.000.000 |
2016 | Rp 16.000.000 | Rp 32.000.000 | Rp 68.000.000 |
2017 | Rp 16.000.000 | Rp 48.000.000 | Rp 52.000.000 |
2018 | Rp 16.000.000 | Rp 64.000.000 | Rp 36.000.000 |
2019 | Rp 16.000.000 | Rp 80.000.000 | Rp 20.000.000 |
Apabila melihat pada tabel diatas maka bahwa dapat disimpulkan bahwa kendaraan masih memiliki nilai residu Rp 20.000.000. Apabila mau dijual, maka kendaraan masih memiliki nilai sebesar Rp 20.000.000.
Berdasarkan kedua contoh yang ada diatas, nilai residu atau nilai sisa aset tetap sangatlah berpengaruh terhadap kas perusahaan ketika terjadi penjualan atau pengalihan aktiva tetap dan nilai tersebut menjadi nilai jual kembali pada suatu aset di akhir masa atau umur manfaatnya. Untuk aset tetap yang memiliki nilai residu pada akhir masa penyusutan, maka aktiva tersebut masih ada nilai yang dapat dijadikan sebagai dasar acuan penjualan atau pengalihan aktiva tetap. Sebaliknya, untuk aset tetap yang tidak memiliki nilai residu, maka aktiva tersebut sama sekali tidak memiliki nilai untuk penjualan kembali. Pertimbangan menetapkan nilai residu menjadi hal yang sangat penting diputuskan perusahaan mengingat akan mempengaruhi nilai aset pada kemudian hari. Selain itu, secara tidak langsung, nilai residu mempengaruhi kondisi kas perusahaan karena nilai residu akan menjadi nilai penjualan yang tentunya akan menambah kas perusahaan.
Kemudian, nilai residu juga menjadi sangat penting untuk menghitung penyusutan atas aset tetap, dimana nilai residu akan mengurangi harga perolehan, lalu dibagi umur ekonomisnya. Untuk membantu Anda dalam menghitung penyusutan aset tetap yang memiliki nilai residu, Krishand Fixed Assets hadir untuk membantu Anda dalam perhitungan penyusutan. Saat ini Krishand Software memberikan akses penuh secara gratis untuk Krishand Fixed Assets. Promo ini berlaku untuk 50 pengguna pertama yang mendaftar dan akan mendapatkan:
- Gratis software periode 1 tahun
- Training online penggunaan 1x
- Support via telpon/remote selama 6 bulan
- Diskon maintenance 50% di tahun berikutnya
Untuk lebih jelasnya, berikut ini mekanisme pendaftaran promo Krishand Fixed Assets :
- Follow social media Krishand
- Daftar melalui link berikut ini bit.ly/krishandpromo