Historical Cost Vs Fair Value Dalam Aktiva Tetap

Historical Cost

Nilai perolehan dan nilai buku merupakan faktor penting dalam penjualan aktiva tetap, dimana dua hal ini menjadi hal yang harus diperhatikan perusahaan dalam pengelolaan aktiva tetap (selengkapnya dapat dilihat di artikel Nilai Perolehan vs Nilai Buku (link belum ada)). Namun tahukah kamu, dalam penjualan aktiva tetap, kita sering mengenal istilah historical cost dan fair value yang digunakan untuk menentukan dasar acuan harga yang ditetapkan dalam penjualan aktiva. Tentunya kita perlu mengerti apa itu historical cost dan fair value, serta apa hubungannya dengan aktiva tetap. Berikut ini pembahasan lebih lanjut.

Pengertian Biaya Historis (Historical Cost)

Menurut Suwardjono (2008;475), biaya historis atau historical cost merupakan rupiah kesepakatan atau harga pertukaran yang telah tercatat dalam sistem pembukuan. Prinsip ini menggunakan harga perolehan dalam pencatatan transaksi yang terjadi atas aktiva, utang, modal dan biaya. Harga perolehan yang dimaksud adalah harga yang sudah disepakati oleh kedua pihak pada saat awal terjadinya transaksi dan memiliki asumsi bahwa harga tersebut tidak akan berubah atau stabil. Secara umum, penggunaan biaya historis ini dapat ditemukan dalam laporan keuangan yang mengacu kepada Generally Accepted Accounting Principles (GAAP).

Pengertian Nilai Wajar (Fair Value

Dalam Exposure Draft PSAK 68 menyatakan bahwa nilai wajar atau fair value merupakan harga yang akan diterima untuk menjual suatu aset atau harga yang akan dibayar untuk mengalihkan suatu liabilitas dalam transaksi yang terjadi antara masing-masing pihak pada saat tanggal pengukuran. Dalam FASB Concept Statement No. 7 dapat dinyatakan bahwa fair value adalah harga yang akan diterima dalam penjualan aset atau pembayaran untuk mentransfer kewajiban dalam transaksi yang tertata antara partisipan di pasar dan tanggal pengukuran (Perdana, 2010). Dari penjelasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa nilai wajar atau fair value adalah harga yang disepakati antara kedua pihak ketika pada saat melakukan transaksi dengan mempertimbangkan keakuratan nilai yang disepakati.

Contoh Kasus Historical Cost dan Fair Value

Pada 1 Januari 2014, PT ABC membeli kendaraan operasional perusahaan senilai Rp 200.000.000 dengan asumsi memiliki umur ekonomis 10 tahun dan tidak memiliki nilai sisa. Ketika sudah memasuki tahun ke empat, PT ABC menjual kendaraan tersebut dengan nilai penyusutan sampai dengan tahun ke empat senilai Rp 80.000.000. Berdasarkan data diatas, metode yang dapat digunakan oleh PT ABC antara lain sebagai berikut :

1. Historical Cost

Apabila PT ABC menggunakan metode Historical Cost, maka nilai penjualan kendaraan adalah nilai yang sebenarnya terjadi atas kendaraan tersebut, yaitu Rp 200.000.000 dikurangi penyusutan Rp 80.000.000 sehingga menjadi Rp 120.000.000.

2. Fair Value

Sedangkan, apabila PT ABC menggunakan metode Fair Value, maka PT ABC akan melihat bagaimana kondisi nilai pasar saat itu, misalnya sparepart kendaraan tersebut sudah tidak diproduksi lagi atau langka, sehingga PT ABC tidak bisa menjual dengan harga Rp 120.000.000, melainkan Rp 100.000.000 dengan mengacu kepada bagaimana keadaan sparepart kendaraan yang sudah langka.

Hubungan Historical Cost dan Fair Value dalam Penjualan Aktiva Tetap

Fair value adalah faktor penting untuk dapat menetapkan harga aset karena dengan menggunakan metode ini, maka memungkinkan dalam mendapatkan penilaian nilai yang lebih akurat. Untuk metode fair value, terdapat berbagai macam metode yang bisa digunakan dalam menentukan berapa nilai wajar aset dengan tujuan agar dapat memungkinkan estimasi dalam berbagai situasi. Apabila dibandingkan dengan menggunakan nilai historis, maka penetapan harga aset tidaklah seakurat metode fair value karena nilai historis mengacu kepada nilai yang sudah ada pada aset dan banyak perubahan yang terjadi di pasar. Selain itu, aset yang dimiliki perusahaan tentunya mengalami apresiasi atau depresiasi sehingga dalam perhitungan penjualan aktiva tetap, perusahaan harus mengupdate nilai terbaru dari aktiva tersebut.

Berdasarkan penjelasan diatas, dengan menggunakan fair value, Anda dapat memperkirakan bagaimana perubahan nilai aktiva tetap sejak estimasi terakhir dengan cara menetapkan harga wajar jika tidak ada harga sebelumnya. Semakin akurat penilaian keuangan aktiva tetap, maka semakin baik pula Anda dalam mengelola aktiva tetap.

Tetapi Anda tidak dapat juga langsung melupakan metode historical cost begitu saja karena dengan menggunakan metode historical cost, data atas aktiva tetap dianggap memiliki nilai paling obyektif dan dapat diperiksa kebenarannya. Alasannya adalah karena metode ini mengacu kepada nominal awal ketika melakukan transaksi.

Dengan Anda mengetahui bagaimana pengaruh historical cost dan fair value dalam aktiva tetap, Anda dapat dengan mudah mengambil pilihan untuk menggunakan historical cost dan fair value dalam pengelolaan aktiva tetap sesuai dengan kondisi dan metode akuntansi yang digunakan perusahaan. Untuk memudahkan Anda dalam pengelolaan aktiva tetap, Krishand Fixed Asset hadir untuk membantu Anda dalam mengelola aktiva tetap, mulai dari pencatatan aktiva tetap hingga perhitungan.