Harga Perolehan Aktiva Tetap

Harga Perolehan Aktiva Tetap

Anda mungkin pernah mendengar kalimat harga perolehan atau yang biasa dikenal sebagai istilah acquisition cost, terutama bagi Anda yang memahami betul ilmu akuntansi serta aktiva tetap pasti sudah tidak asing lagi dengan kalimat tersebut. Harga peroleh ini memiliki banyak pemahaman dari para ahli, diantaranya yaitu:

Menurut Wit & Erhans, harga perolehan atau acquisition cost adalah harga beli yang ditambah dengan biaya-biaya keseluruhannya yang dikorbankan demi memperoleh dan mempersiapkan aktiva tetap agar dapat dioperasikan. Prinsip ekonomi aktiva tetap ini harus dicatat dan disesuaikan dengan harga perolehan.

Menurut Haryono Jusup, harga perolehan adalah seluruh pengeluaran yang dikorbankan seseorang untuk mendapatkan aktiva tetap serta pengeluaran lainnya yang menjadikan aktiva dapat digunakan. Hasil dari pengeluaran tersebut digunakan dan diolah kembali agar dapat menghasilkan pendapatan.

Cara Menghitung Harga Perolehan Pada Aktiva Tetap

Harga perolehan berkaitan erat dengan aktiva tetap di dalam laporan keuangannya. Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk menghitung harga perolehan. Sebelum menghitung, kita perlu ketahui akun-akun apa saja yang termasuk kedalam penghitungannya.

Akun yang termasuk dalam kategori acquisition cost yaitu:  harga beli, beban angkut, beban pemasangan, beban instalasi, beban asuransi pada saat pengangkutan, beban percobaan, beban balik nama dan beban lain-lain. Selain akun-akunnya, kita juga perlu ketahui darimana cara memperolehnya aktiva tetap tersebut. Berikut cara menghitung sesuai perolehannya.

Harga Perolehan Pada Pembelian Tunai.

Perusahaan dapat memperoleh aktiva tetap dengan cara pembelian secara tunai. Pencatatan yang dilakukan pada transaksi pembelian secara tunai, harga perolehannya menjadi total harga pembelian bersih, lalu dikurangi potongan tunai dan ditambah biaya pengeluaran lainnya.

Contoh:

PT Subur Makmur membeli mesin untuk keperluan produksi seharga Rp.50.000.000, biaya pemasangan mesin sebesar Rp.2.000.000 serta premi asuransi sebesar Rp.500.000. Maka harga perolehan yang dihitung adalah:

Harga Mesin                 = Rp.50.000.000

Biaya Pemasangan        = Rp.2.000.000

Premi Asuransi              = Rp.500.000

Harga Perolehan           = Rp52.500.000

Pencatatan jurnalnya adalah

PerkiraanDebetKredit
MesinRp.52.500.000
KasRp.52.500.000

Harga Perolehan Pada Pembelian Kredit

Selain pembelian secara tunai terkadang perusahaan juga memperoleh aktiva dengan cara pembelian secara kredit. Pembelian kredit merupakan transaksi pembelian yang dilakukan perusahaan dengan pembayaran jangka waktu tertentu disertai dengan bunga pembelian.

Untuk perusahaan yang membeli aset secara kredit atau dengan cara dicicil maka bunga yang dibebankan saat pembelian tidak termasuk ke dalam harga perolehan. Bunga dalam sistem kredit masuk dalam biaya tersendiri, yaitu biaya bunga.

Harga Perolehan Menggunakan Wesel Bunga

Perusahaan dapat membayar dengan tanda bukti berupa wesel tagih ketika perusahaan melakukan pembelian aktiva tetap dalam jumlah yang cukup besar. Pembeli biasanya diharuskan membayar uang muka terlebih dahulu kemudian sisanya dibayar dengan ketetapan wesel bunga dengan memperhatikan batas pembayaran wesel tersebut.

Contoh:

PT Subur Makmur membeli perlengkapan pabrik dengan harga Rp 80.000.000 secara tunai. Dengan uang muka senilai Rp 30.000.000. Sisa pembayaran akan dibayar dengan wesel berbunga 10% dalam jangka waktu satu tahun. Maka harga perolehan yang dihitung adalah:

PerkiraanDebetKredit
PerlengkapanRp.80.000.000
KasRp.30.000.000
Utang WeselRp.50.000.000

 

Saat wesel jatuh tempo, maka nominal yang harus dibayar setelah bunga ditambah dengan bunganya, jadi besar bunga wesel adalah (50.000.000 x 10%) = Rp.5.000.000. jurnal penyelesaiannya adalah:

PerkiraanDebetKredit
Utang WeselRp.50.000.000
Biaya bungaRp.5.000.000
KasRp.55.000.000

Harga Perolehan Milik Sendiri

Tidak jarang perusahaan memilih untuk menghasilkan sendiri aktiva tetapnya dengan dana yang berasal dari perusahaan itu sendiri.

Aktiva tetap yang dihasilkan sendiri oleh perusahaan biasanya muncul karena disebabkan tidak adanya transaksi pembelian atau tidak terikat kontrak pembangunan lain. Oleh karena itu perusahaan memilih mengalokasikan semua biaya yang akan dikeluarkan untuk kebutuhan perusahaan .

Biaya yang dikeluarkan perusahaan meliputi biaya bahan pokok, gaji tenaga kerja dan biaya overhead yaitu biaya listrik, air, asuransi, perlengkapan dan peralatan pabrik.

Dalam pengalokasian dana perlu diperhatikan pembagiannya, misalnya kita harus memisahkan antara biaya pembangunan dan biaya overhead.

Harga Perolehan Dengan Menerbitkan Saham

Saham merupakan salah satu jenis surat berharga yang kepemilikannya atas nama suatu perusahaan. Itu artinya, jika seseorang membeli saham perusahaan maka orang tersebut sudah menjadi pemilik dari perusahaan tersebut. Nilai harga saham di pasar merupakan suatu ukuran layaknya atas harga produk harta yang dimiliki seutuhnya.

Contoh

PT Subur Makmur mengeluarkan sahamnya sebanyak 2.000 lembar, nilai parinya* @10.000. Untuk membeli tanah dengan harga saham biasa @6.000. Perhitungan harga perolehannya yaitu:

Nominal Saham = (2.000 x 10.000 = 20.000.000)

Harga Pasar = (2.000 x 6.000 = 12.000.000)

Nilai Selisih Disagio* = 8.000.000

Jurnal penyelesaiannya adalah:

PerkiraanDebetKredit
TanahRp.12.000.000
Disagio SahamRp.8.000.000
Saham BiasaRp.20.000.000

*nilai pari atau par value adalah modal per lembar saham menurut hukum yang jumlahnya tercetak pada sertifikat saham, dapat disebut juga sebagai nilai nominal.

*Nilai selisih disagio adalah kondisi di mana terjadi selisih kurang dari setoran dari para pemegang saham dengan nilai dibawah nominalnya,

(AK-2108)